Senin, 01 Juni 2009

MIMPI YANG AKAN KUKEJAR

Dengan alasan tidak tahan akan tekanan kerja yang datang bertubi – tubi dari atasan yang memiliki tempramen keras dan pekerjaan yang membutuhkan energi besar, sementara gaji yang kudapat kecil, keputusan keluar dari pekerjaan merupakan pilihan yang ku ambil, aku kalah, kalah karena ketidak mampuanku. Hatiku kecil, tidak ada alasan yang tepat di kondisi sulit mencari pekerjaan seperti sekarang ini.
Hari ini sebuah pelajaran kembali kudapat, ternyata lebih bingung tidak memiliki pekerjaan daripada bingung karena menghadapi pekerjaan. Dan hal ini berjalan selama bertahun – tahun. Dan hati ku semakin kecil, terkucil karena tidak memiliki pekerjaan.
Dalam bingung sebuah hikmah besar kudapatkan, aku harus maju. Mereka yang menganggapku seorang yang pantas dijadikan panutan telah berhasil menjadi orang – orang yang membanggakan. Mereka terlihat tidak baik di mata orang, tapi perubahan menuju yang baik dalam hati kecil seseorang pasti ada.
Terkadang kupikir percuma saja untuk kuliah jauh – jauh ke Medan, sementara setelah tamat bingung untuk melangkah. Serasa ingin kusalahkan saja diri ini karena tidak mengambil kesempatan yang ada, sementara ada kesempatan tapi mental belum siap.
“Aku malas masuk kuliah Mbul, karena aku sudah tau mata kuliah tersebut jadi untuk apa aku harus hadir!, lebih baik aku mengambil pelajaran yang lain. Aku bandel tapi tidak nakal. Aku bergaul dengan siapa saja, yang ku ambil nilai positif dari mereka, cara bicara, hubungan sosial diantara mereka dan hal – hal yang tiba – tiba saja datang dan ini hal positif yang dapat kutangkap walaupun nilai negatif yang menjadi opini teman. Tidak ada satupun orang yang dikampus mempercayaiku, tapi ini menjadi pelajaran berarti untuk menguatkan diri untuk tetap tegar.” Wowok menceritakan pengalamannya.
“Dan sekarang aku berhasil, aku berani mengatakan kehidupanku sudah mapan, meraka yang terbaik di kampus. Belum satupun yang ku dengar mampu menyatakan dirinya sudah mapan dalam kehidupannya”
“Aku bangga, salah satu doktrin yang kusampaikan ternyata membawa makna besar buatmu, tapi aku kalah wok. Aku menjadi kecil diantara orang – orang yang datang terus mencibirku.” Timbul mencoba membela diri. Sebuah pengalaman pahit yang dia alami.
“Ternyata berkata lebih mudah, dan ketika hal tersebut menimpa pada diri kita belum tentu kita siap
“Tapi Bul, aku bangga bisa berteman denganmu, banyak hal yang dapat ku ambil”
Hari ini kami berdua bangga akan diri kami sendiri, pengalaman yang berbeda dan sekarang adalah waktu yang tepat atau tidak selamanya aku harus berani memilih, antara keluar dari kekerdilan yang kubuat atau maju untuk membanggakan.
‘’’
Yang lalu biarlah berlalu, kehidupan adalah pilihan. Sudah dua tahun ini Timbul menganggur. Ia merasa berdosa karena telah mengecewakan kedua orang tuanya, keputusan yang berat. Penyesalan, tidak . Timbol tidak menyesal, langkah terus ia maju. Dan hari ini ia mendapat panggilan kerja di salah satu perusahaan perkebunan BUMN. Senyumnya melebar, sebuah peluang terbuka lebar. Bayangan masa depan cerah terlintas dihadapannya.
“Assalamualaikum Bu, hari ini anak ibu telah lulus tes menjadi staf di salah satu perkebunan BUMN di Sumatra, Kabari Ayah ya bu. Timbul tidak sempat untuk mengabari langsung, besok akan ada pelatihan di Medan. Do’a-kan Timbul ya bu.” Timbul menelpon ibunya, dan senyum kegembiraan tergambar jelas di benak kedua orangtuanya.
Lupakan saja semua, masa lalu adalah guru terbaik untuk kita. Masa depan terbentang luas, rencana demi rencana akan kita buat bersama untuk maju. Ini sebuah mimpi yang akan ku kejar.

Herian Syah
April 2009